Kamis, 28 Januari 2010

Cerita Jenaka Pak Banjir

WAYANG
WAYANG

funny story
Pak Banjir


Pada jaman dahulu kala, adalah dua orang bersaudara, laki laki kakak beradik,mereka sudah berkeluarga dan mereka tinggal dirumah yang tidak terlalu berjauhan diantara mereka berdua. Mereka tidak  pernah akur, kakaknya bernama Pak Banjir.  Pak Banjir adalah orang yang tidak memiliki suatu kepandaian apapun, ia hidup serba kekurangan, sedangkan  adiknya adalah  orang yang terpandang di kampungnya, karena adiknya cukup kaya. Adik Pak Banjir seorang juragan kerbau. Ia memiliki kerbau 25 ekor.

Pada suatu hari Pak Banjir mau pinjam uang ketempat Adiknya. Sesampai disana, adiknya tidak memberi pinjaman, malah ia mengata-ngatai kakaknya, kalau butuh saja kesini. Sedang utangnya sudah banyak, kapan Pak Banjir akan mengembalikan utangnya. Pak Banjir sangat jengkel mendengar kata kata adiknya.

Malam harinya, desa Aman Makmur, begitu sepi, diluar dingin sekali. Pak Banjir telah keluar dari rumahnya, dengan berkerudung sarung untuk menahan dinginnya malam, ia berjalan menuju rumah adiknya.Sesampai di rumah adiknya, Pak Banjir pergi kekandang kerbau adiknya. Pak Banjir membawa seekor kerbau yang paling besar milik adiknya. Dibawanya kerbau itu dihutan lindung desa itu, dan diikatnya kerbau itu dibawah sebuah pohon beasar. Setelah itu Pak Banjir pulang kerumahnya. Ia kembali tidur sampai pagi.

Dipagi hari, orang sedesa menjadi  ribut,  dengan berita hilangnya kerbau adik Pak Banjir.
Sementara itu Pak Banjir berangkat ke rumah adiknya yang kehilangan seekor kerbaunya yang paling besar. Pak Banjir menanyakan masalah kerbau yang hilang kepada adiknya. Adiknya menangis-nangis pada Pak Banjir. Ia merasa tidak enak, karena ia kemarin telah menghina Pak Banjir, sehingga kerbaunya hilang. Pak Banjir mengatakan, makanya jadi orang jangan asal bicara, pikirlah kalau ,mau bicara, jangan sampai menyakiti hati orang.

Pak Banjir berpamitan dulu, mau pulang, dan tidur mencari ilham. Adiknya pun mengiyakan, dan minta tolong kakaknya mencarikan kerbau yang hilang. Pak Banjir satu dua jam tidur pulas. Sementara itu adiknya menunggu di ruang tamu. Pak Banjir bangun, dan menemui adiknya. Pak Banjir berkata, bahwa setelah ia tidur, ia menerima ilham. Kerbau adiknya kelihatannya di ikat di bawah pohon besar di hutan lindung. Oleh karena itu, dengan diantar orang sedesa merekapun pergi ke hutan lindung.


Sesampai di hutan lindung mereka menemukan kerbau  adik Pak Banjir ada disitu masih terikat dibawah pohon besar sedang makan rumput. Adik Pak Banjir senang melihat kerbaunya ketemu. Iagi. Ia mengucapkan banyak terima kasih dan memberikan bebera lembar uang kepada Pak Banjir, kakaknya.Dengan wajah berseri seri Pak Banjir pulang kerumah.. Sebagian uangnya diberikan istrinya. Tentu saja sang istri merasa senang. Kini mereka makan malam bersama bertiga dengan anaknya.


Kabar kepandaian Pak Banjir menemukan kembali barang yang hilang, tersebar di seluruh desa, di seluruh kota bahkan diseluruh negeri. Hal ini terdengar pula oleh Raja negeri ini. Kebetulan sekali, istana raja kehilangan tujuh gedung harta istana, Pak Banjir pun dipanggil raja. Istri Pak Banjir menjadi gelisah, apa lagi yang mengundang rajanya. Ada apa ya, Pak Banjir kok sampai dipanggil raja.

Pak Banjir mendapat waktu satu minggu untuk bisa menemukan tujuh gedung harta istana yang berisi emas berlian dan uang kerajaan,yang telah hilang tadi malam. Andaikata Pak Banjir dapat menemukan, Raja akan memberikan hadiah besar, tetapi apabila Pak Banjir  tidak bisa menemukannya, akan di hukum pancung. Pak Banjir menjadi ketakutan. Selama satu minggu Pak Banjir tidur, bangun dan tidur lagi.Sementara itu istri Pak Banjir selalu gelisah.

Pada malam keenam Pak Banjir menghadap Raja, minta kain kafan dan sebuah pedang yang tajam. Setelah mendapatkan barang yang diinginkan, pulanglah Pak Banjir ke rumah, dan tidur lagi. Sementara itu istrinya tambah gelisah, melihat Pak Banjir pulang membawa kafan dan pedang.

Pada malam ketujuh, Pak Banjir pergi dari rumah, ia pergi ke hutan lindung. Ia berselimut kan kain kafan dan membawa pedang raja. Malam begitu gelap, angin malam begitu dingin, semakin membuat badan  merinding.Pak Banjir sudah berketetapan hati, apabila malam ini tidak bisa menemukan barang milik raja, ia lebih baik bunuh diri, kan sudah ada kain kafan dan pedang. Isteri Pak Banjir, sampai gemetaran melihat suaminya pergi seorang diri dengan membawa pedang dan kain kafan.

Sesampai dihutan lindung, ia mendekati sebuah pohon  besar yang kelihatan gelap dan seram. Pak Banjir menengadahkan kepala ke arah atas pohon. Ia berkata: hai nyawa, kalau tak bisa mengembalikan gedung harta milik Raja, kau lebih baik mati. Ia bicara pada dirinya sendiri.

Ketika ia akan mengayunkan pedang kearah dirinya. Tiba-tiba ada suara keras dari atas pohon, suara jin penunggu pohon. Ampun, Pak Banjir, jangan kau bunuh aku. Aku akan kembalikan harta raja yang telah kuambil.Maka jin itu turun dari pohon. Panggil aku Kala Nyawa, aku akan kembalikan semua. Ternyata ia bernama Kala Nyawa. Jin itu sangat heran mengapa orang ini tahu namanya, dan tahu kalau ia yang mengambil harta raja. Jin lalu memberikan  sepotong bambu beruas tujuh, tempat penyimpanan 7 buah gedung harta Istana.

Besok pagi harinya, Pak Banjir membawa  bumbung 7 ruas, menghadap raja. Ia minta diantar, dimana ia harus meletakkan Gedung Harta yang telah diketemukan.  Raja segera mengantar Pak Banjir kebelakang Istana, dengan di kawal beberapa Perajurit.

Akhirnya Pak Banjir membuka tutup bumbung ajaib ,dan tiba-tiba saja, gedung sebesar itu dan sebanyak tujuh buah pula, langsung kelihatan didepan mata. Raja sangat kagum. Pak Banjirpun mendapat hadiah besar dari Raja dan  bahkan  Pak Banjir diangkat menjadi Ahli Nujum Istana.Istrinya di rumah sudah menunggu kepulangan suaminya. Pak Banjir masih bisa berkumpul lagi dengan selamat dengan keluarganya.

Pada suatu hari sebuah kapal besar dari negeri tetangga memasuki dermaga pelabuhan. Raja Negeri pun menyambut kedatangan tamu raja seberang. Mereka sangat akrab bagai sahabat lama yang telah lama tidak ketemu. Setelah dijamu dengan makanan, minuman  dan buah-buahan, merekapun bersendau gurau. Beberapa permainan telah di mainkan, dari catur dan kartu juga. Kelihatannya raja seberang sudah bosan bermain. Kini ia melangkah ke taruhan.

Raja menanyakan  jenis permainan apa yang akan digunakan untuk taruhan. Raja seberang ingin taruhan dari tebak-tebakan. Tetapi tebakan itu berasal dari Raja Seberang. Kalau raja bisa menjawab degan betul, maka raja seberang akan menyerahkan kapal dagang yang dibawanya sebagai taruhan.  Tetapi kalau kalah, raja harus menyerahkan kerajaan pada Raja seberang. Pak Banjir gelisah lagi, jangan jangan, kepalanya yang melayang.

Raja negeri  segera mengundang ahli nujum Istana, Pak Banjir. Pak Banjir pun datang. Diberitahukanlah oleh Raja, tentang taruhan besar-besaran, yang menyangkut hidup matinya Kerajaan negeri.Ahli nujum dari seberang besok malam akan mengajukan tebakan, dan Pak Banjir sebagai Ahli Nujum Istana NegerI harus menjawabnya. Pak Banjir menyatakan siap.            

Pak Bandjir percaya diri, besok malan akan menjawab tebakan itu Pak Banjir pun pulang, Raja seberangpun berpamitan mau kembali ke kapalnya. Sesampai dirumah, Pak Banjir ketakutan, ia tidak tahu apa yang harus ia kerjakan. Ia segera membawa pedangnya. Pak Banjir pergi ke pelabuhan, dan menceburkan diri kelaut,rasanya  ia ingin mati saja. Pak Banjir membiarkan tubuhnya dibawa arus. Setelah beberapa lama dalam air, tiba-tiba kepalanya terantuk sebuah benda besar. Ternyata sebuah kapal. Pak Banjir teringat bahwa dirinya sampai dibawah kapal Raja seberang.

Ia segera naik keatas. Ia tiba di depan sebuah ruang yang lampunya masih nyala. Pak Banjir mengintip ruangan itu. Ternyata Raja Seberang dan ahli nujumnya,masih membicarakan tebakan apa yang akan diberikan pada raja negeri. Pak Banjir mendengarkan percakapan mereka. Akhirnya Pak Banjir turun kembali ke laut, dan berenang ke daratan. Pak Banjir pulang kerumah, dan tidur kembali.

Keesokan malamnya, Raja Seberang sudah berada di Istana bersama Ahli Nujumnya, dan Raja Negeri pun sudah siap bersama Pak Banjir, Ahli Nujumnya pula.

Tebakan pun di mulai : Ada dua buah batang kayu yang sama besar, sama panjang, bagaimana kita tahu mana yang berat dan mana yang lebih ringan, tanpa memegang kayu itu. Jawaban Pak Banjir, untuk menjawabnya kayu-kayu itu dibawa ke sungai, kedua batang kayu itu kita masukkan ke dalam sungai. Yang terapung itu yang lebih ringan, sedangkan kayu yang berat terletak dibawah permukaan air. Raja seberangpun mengiyakan, kalau jawabannya betul.

Tebakan kedua, Ada 10 ekor anak itik, satu diantaranya itik jantan,bagaimana menentukan satu anak itik yang jantan diantara 10 anak itik itu.
Pak Banjir menjawab, 10 anak itik itu dibawa kesungai, lalu ditaruh dipinggir kali, dan dengan sebuah galah anak itik itu di dorong bersama kesungai, dan anak itik yang paling depan adalah yang laki-laki. Raja Seberang menganggukan kepala, tanda benar.

Tebakan ketiga bagaimana cara menimbang seekor gajah tanpa memotong-motong gajah itu sendiri. Pak Banjir menjawab, ditimbang sama berat dulu dengan muatan, bisa pasir atau batu, atau yang lainnya. Kalau timbangannya sudah tidak goyang, muatan itulah yang ditimbang.
Raja seberang menganggukkan kepalanya, tanda benar.

Sebenarnya tebakan itu sudah selesai, tetapi ternyata Raja Seberang memerintahkan Ahli Nujumnya menambah sebuah tebakan lagi  kepada Pak Banjir.

Pak Banjir jadi terkejut, dan gemetaran, ia harus siap  kehilangan kepalanya.Ahli nujum negeri seberang memperlihatkan genggamannya dan   bertanya apa isi yang ada dalam genggamannya.

Pak Banjir gemetaran, peluh mulai bercucuran, dan semakin lama semakin keras detak jantungnya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh seekor kecoak, menampar mukanya. Pak Banjir terkejut dan berteriak, Kecoak!!!!!!!

Kini tinggal Raja Seberang dan Ahli Nujumnya yang ganti kaget, karena isi genggamannya adalah kecoak juga. Raja Seberang wajah nya menjadi merah padam, karena kapal pesiar yang paling besar di Negerinya kalah dalam taruhan. Akhirnya Raja Seberang pulang dengan kapal yang lebih kecil kenegerinya.

Raja negeri senang sekali dengan keberhasilan Pak Banjir. Pak Banjir mendapat hadiah yang luar biasa. Setelah selesai semua urusannya, Rajapun kembali ke Istana, dan Pak Banjirpun pulang ke rumah. Pak Banjir dengan membawa banyak hadiah dari Raja. Tentu saja istri dan anak merasa senang masih bisa bertemu dengan Pak Banjir.Sebenarnya Pak Banjir, istri dan anaknya sangat prihatin dengan pekerjaan suaminya atau bapaknya. Karena meleset sedikit saja, Kepala Pak Banjir bisa melayang.

Disuatu hari, rumah Pak Banjir habis terbakar. Raja mengunjungi rumah Pak Banjir. Raja ikut bersedih atas terbakarnya rumah Pak Banjir. Pak Banjir memberitahukan pada Raja, bahwa selain rumah yang terbakar, juga “buku primbon” yang membantu Pak Banjir selama ini, terbakar pula. Sehingga Pak Banjir sudah tidak bisa menjadi Ahli Nujum lagi.

Rajapun menjadi maklum. Walaupun demikian Raja tetap akan membangunkan sebuah rumah yang cukup baik,untuk Pak Banjir. Sebagai penghormatan atas jasa-jasanya maka Pak Banjir juga diberikan uang pensiun, untuk jaminan di hari tuanya,

Dengan  terbakarnya  rumah  Pak  Banjir.  ternyata ada  hikmahnya,  kini  Pak  Banjir  sekeluarga hidup bahagia.***

Thank you, for your attention, please your input.




Diceritakan kembali oleh Wayang Wayang.

S E L E S A I